NLP Model Komunikasi Interpersonal

Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan pendekatan alternatif terhadap psikoterapi yang didasarkan kepada pembelajaran subyektif mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal. NLP dikembangkan dari hasil jerih payah beberapa orang. Diawali oleh Richard Bandler dan John Grinder, Beberapa orang yang menjadi catatan pengembangan NLP adalah David Gordon, Leslie Cameron-Bandler, Steve and Connirae Andreas, Robert Dilts, dan masih banyak lagi. Studi mereka dimulai pada awal tahun 1970 dan sampai sekarang masih terus berlanjut dengan banyak perkembangan. Dengan teknik NLP membuat para terapis jauh lebih efektif membantu kliennya dalam melakukan perubahan yang ada dalam dirinya. Semula pembahasan lebih terpusat pada berbagai “hal beda yang dapat membuat perbedaan” antara individu “unggul” dengan individu “rata-rata”. Guna memahami lebih lanjut akan perbedaan tersebut, mereka melakukan serangkaian pemodelan pada berbagai aspek dari individu “unggul”, seperti berbagai prilaku dalam menerima serta menyikapi lingkungan sekitar. Hal itu berujung pada pemahaman mengenai mekanisme kerja pikiran. Sehingga NLP berisikan berbagai presuposisi mengenai mekanisme kerja pikiran dan berbagai cara individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan antar sesamanya, disertai dengan seperangkat metode untuk melakukan perubahan.

Secara semantik, Neuro dapat diartikan sebagai berbagai mekanisme yang dilakukan individu dalam menginterpretasikan informasi yang didapat melalui panca indra dan berbagai mekanisme pemprosesan selanjutnya di pikiran. Linguistic ditujukan untuk menjelaskan pengaruh bahasa yang digunakan pada diri maupun pada individu lain yang kemudian membentuk pengalaman individu akan lingkungan. Programming dapat diartikan sebagai berbagai mekanisme yang dapat dilakukan untuk melatih diri seorang individu (dan individu lain) dalam berpikir, bertindak dan berbicara dengan cara baru yang lebih positif. Walaupun pikiran individu telah memiliki program “alaminya”, yang didapat baik melalui pewarisan secara genetis maupun melalui berbagai pengalaman, individu tetap dapat melakukan peprograman ulang sehingga dapat bertindak lebih efektif.

NLP semula dikembangkan sebagai salah satu perangkat psychotherapeutic. Namun kemudian memperoleh kredibilitas ketika diaplikasikan pada berbagai bidang, seperti bisnis, komunikasi dan lainnya. NLP juga sangat bermanfaat ketika digunakan pada pengembangan pribadi maupun pada proses belajar dan mengajar yang efektif.


Persepsi Sensorik
Setiap individu memahami berbagai pengalaman melalui panca indra atau dalam terminologi NLP dikenal sebagai VAKOG (Visual, Auditory, Kinesthetic, Olfactory dan Gustatory). Setelah berusia dua belas tahun, umumnya individu memiliki preferensi dari kelima jalur informasi tersebut, umumnya di antara tiga jalur berikut; Visual, Auditory atau Kinesthetic. Pemilihan jalur tersebut juga tergantung pada material yang dipelajari individu. Seorang musisi lebih cenderung menggunakan jalur pendengaran dibandingkan dua jalur yang lain. Pemahaman akan hal ini sangat penting dimiliki oleh para pendidik karena menentukan efektifitas proses pembelajaran.

Otak manusia juga menggunakan metode kerja dari kelima jalur informasi tersebut dalam memproses dan mengambil kembali berbagai informasi yang telah dipelajari. Individu umumnya mampu memvisualisasikan, berbicara dengan dirinya sendiri, merasakan (secara fisik atau emosional), membedakan berbagai rasa, membedakan berbagai aroma dan masih banyak lagi. Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda saat memproses informasi dan menindaklanjuti hasil pemikirannya dalam bentuk tindakan atau eksperesi. Perbedaan ini dapat dengan jelas anda perhatikan salah satunya melalui bahasa sensorik (sensory language) yang digunakan, seperti; “Masalah itu terasa seperti beban yang sangat berat di pundak saya.” (Kinesthetic) “Dapatkah anda membayangkan apa yang sedang saya bicarakan?” (Visual) “Hal tersebut terdengar tidak asing bagi saya.” (Auditory)

Ketika individu menyelaraskan bahasa sensorik yang digunakan dengan lawan bicaranya, individu tersebut segera mendapatkan komunikasi yang dipersepsikan lebih efektif daripada komunikasi normal. Hal ini bisa terjadi secara otomatis pada individu yang telah terbiasa bergaya persuasif ataupun vokal dalam memengaruhi lawan bicara.


Anatomi Modelling Dan Programming
Modeling secara harfiah berati meniru, yakni meniru-pola-pola tindakan orang lain atau lebih tepatnya meniru tokoh yang diidolakan. Bila Anda memodel seorang juara tennis misalnya, itu artinya sedang meniru pola-pola perilaku dari pola pikir dan pola tindakan khususnya teknik-teknik memukul dan menerima bola tenis dan seterusnya. Memodel secara serius sesungguhnya, seseorang sedang memahami dan memvisualisikan dalam pikirannya dan setelah jelas gambaran pola-polanya, ia mengendapkannya dalam alam bawah sadar menjadi file (program).

Sebenarnya teori yang mendasari modeling sangat sederhana: siapa saja meniru tindakan orang-orang sukses cenderung sukses; sebaliknya meniru orang gagal atau tepat meniru perilaku negatif ia cenderung menjadi gagal.

Meski sesimpel itu, modeling tidak akan bekerja secara efektif bila tingkat memodelnya hanya sampai dataran kognitif saja. Artinya, ia tahu persis secara konsep pola perilaku sampai cara-cara memodel pola perilaku orang-orang sukses, tetapi bila hanya tahu saja tidak sampai ke tingkat emosional untuk melakukannya secara sungguh-sungguh, modeling tidak akan berjalan efektif. Modeling mempersyaratkan adanya komitmen emosional untuk melakasanakannya.

Anatomi Modeling
Kalau saya tarik ke belakang, bagaimana seorang anak manusia lahir di muka bumi sampai tingkat peradabannya tidak lepas dari modeling. Dimulai dari budaya yang sangat sederhana pola makan dan pola (cara) berpakain tidak lepas dari hasil memodel budaya di lingkungannya. Kita bisa makan, minum dan bepakain dengan cara-cara yang sopan (paling tidak diterima oleh lingkungan) adalah hasil modeling atau meniru.

Sesungguhnya proses memodel tidaklah semudah yang kita bayangkan. Anda bisa membaca, menulis huruf dan merangkainya menjadi kata-kata misalnya, membutuhkan perjuangan keras dan waktu bertahun-tahun. Coba kita ingat ketika kita masih duduk di bangku sekolah dasar kelas (SD) satu dulu. Untuk paham lafal dan menulis huruf ”R” saja, berapa kali Anda menghafal dan melafalnya? Berapa kali Anda menirukan Bapak/Ibu Guru untuk melafal huruf ”R” sesuai mimik guru? Berapa kali Anda menulis dan menghapus huruf tersebut sehingga Anda secara mental hafal dan secara motorik bisa menulis huruf tersebut hingga dianggap benar? Berapa jumlah energi yang dikeluarkan dan sampai tingkat konsentrasi apa hingga Anda benar-benar hafal?

Kita tidak menyadarinya bahwa betapa berat perjuangan untuk bisa menghafal satu huruf saja. Ternyata otak kita untuk bisa menghafal satu huruf memerlukan pengulangan berkali-kali sehingga hafal betul! ”Hafal di luar kepala!”, begitu istilah yang sering kita dengar untuk memodel satu huruf (fenomena) saja. Sekarang saja Anda begitu otomatis menggunakan huruf dan kata karena sudah hafal di luar kepala.

Begitu pentingtnya menghafal/memodel huruf dalam kehidupan manusia sehingga Allah SWT dalam Al Qura’an surat Al Baqarah ayat 1 (satu) mengisyaratkan pentingnya huruf sebagai hal yang elementer dalam kehidupan manusia. Dalam surat itu hanya tediri 3 (tiga) huruf yakni: alif laam mim dan bukan kata-kata atau kalimat sebagaimana ayat-ayat Al Qur’an lainnya. Tentang tafsir ayat ini masih bervariasi dalam memaknaninya: ada yang mengatakan bahwa itu hanya Allah yang mengatauinya; ada pula yang menafsirkannya sebagai pembukaan bacaan yang menarik atau sebagai daya tarik dari bacaan Al Qur’an.

Bagi saya, huruf alif laam mim, bukan saja sebagai pertanda bahwa Al Qur’an sebagai ditulis dengan bahasa Arab yang indah, namun bermakna bahwa huruf merupakan simbol penting bagi manusia agar bisa memodel, meniru semua hal yang ada di dunia. Bahwa huruf dihafal (dimodel) di luar kepala sebagai bagian penting dan elementer dalam berkomunikasi melalui bahasa. Apa sebabnya?

Pertama, huruf harus dihafal agar kita bisa merangkai sebuah kata, baik kata benda, sifat maupun kata kerja. Semua hal di muka bumi ini pasti bisa diberi nama yang merupakan rangkaian huruf. Anda bisa merangkainya dalam bentuk kata (benda, sifat dan kerja) bila Anda hafal huruf-huruf yang membentuknya, yang Anda tahu, betapa sulitnya dulu saat saat masih duduk di sekolah dasar untuk menghafal/memodel huruf tersebut.

Kedua, huruf dan kata yang sudah kita model tadi, merupakan bahan membuat sebuah kalimat. Di dalam kalimat itulah Anda menemukan sebuah makna (meaning). Bagaimana Anda membuat makna? Anda mampu membuat makna juga tidak lepas dari modeling, Anda tahu makna akan sebuah kalimat karena Anda hafal akan makna setiap kata yang membentuknya. Bila tidak hafal satu kata saja Anda pasti sulit memaknainya.

Ketiga, rangkaian huruf menjadi sebuah kata, dan rangkaian beberapa kata menjadi sebuah kalimat yang di dalamnya mengandung makna, sesungguhnya Anda sedang berkomunikasi dengan apa yang disebut bahasa. Bahasa apa pun, pastinya terbentuk dari huruf dan kata berikut kaidah-kaidah kebahasaan sebagai pembentukannya. Sampai di sini saya ingin mengatakan bahwa peran bahasa dalam kehidupan dan peradaban manusia menduduki peran sentral. Bahwa manusia sangat mengandalkan bahasa dalam kehidupannya, apa pun fenomena, benda, situasi bahkan ilmu pengetahuan sangat tergantung kepada peran bahasa.

Apabila Anda hari ini mengusai bahasa tertentu tidak lepas dari usaha keras Anda dalam memodel/menghafal bahasa tersebut. Adakah seseorang yang dalam belajar bahasa yang langsung hafal tanpa menghafal dan mempraktikkannya terlebih dahulu setiap hari? Anda bisa berbahasa karena biasa, yakni biasa memodel/mengafal. Berapa kali Anda menhafal satu kata?


Linguistic Programming
Manusia menciptakan huruf, kata, kalimat dan bahasa bukan untuk sekedar sebagai alat komunikasi. Bukan sekedar alat ekspresi dari pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Dalam kaitannya dengan makna pada setiap kata dan kalimat, manusia menciptakan bahasa adalah dalam rangka mind programming (pemograman pikiran). Setiap makna yang terkandung dalam setiap kata dan kalimat bahasa tertentu (bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, Perancis, Jerman dan lain-lain) mampu mempengaruhi pikiran seseorang yang setelah mengalami filter (cocok tidak cocok, bernilai atau tidak bernilai dengan belief dirinya) makna tersebut tersimpan secara baik di dalam benaknya (pikiran bawah sadar).

Makna dalam setiap kalimat adalah benih yang apabila benih itu terus terawat, tumbuh mengakar kuat, akan berkembang dan berbuah, yakni buah pikiran (ide-ide), buah konsep, hingga buah keterampilan yang bermanfaat bagi umat manusia. Contoh kalimat ”Aku adalah anak pandai dan ulet dalam situasi apa pun.” Makna dari kalimat ini adalah ”percaya diri dan pantang meyerah”. Apabila makna ini benar-benar tertanam kuat dalam pikiran bawah sadar seseorang maka sudah barang tentu banyak buah yang dapat dipetik. Percaya diri adalah pangkal sukses apa pun profesi seseorang. Bila ia adalah seorang yang bercita-cita jadi seorang entrepreneur, maka banyak buah-buah (produk/jasa) kreatif yang diciptakan; bila ia bercita-cita menjadi seorang karyawan, maka dengan percaya diri akan mengantarkan dirinya pada seorang pemimpin yang buah karyanya banyak dinanti anak buah dan masyarakatnya.

Sebuah makna yang tertanam kuat di dalam pikiran bawah sadar seseorang ibarat sebuah pohon subur yang siap berbuah di sepanjang musim. Seperti firman Allah SWT: ”Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seijin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya manusia ingat dan perumpamaan kalimat yang buruk adalah seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun” (QS, surat Ibrahim 24-26)

Kata-kata yang baik akan menghasilkan sebuah kalimat yang baik; kalimat yang baik akan menghasilkan makna yang baik; makna yang baik ibarat benih pohon yang baik dan kuat, yang siap berbuah pada sepanjang musim. Sebaliknya kata dan kalimat yang buruk akan menghasilkan makna dan buah (ide) yang buruk pula. Bila ide buruk tertanam dalam pikiran bawah sadar seseorang secara kokoh maka perilaku buruk yang diperoleh. Ibarat, pikirannya terserang virus/kangker yang hasilnya (buah) tidak dapat diharapkan. Bila itu diibaratkan sebuah pohon, maka pohon yang demikian itu seperti pohon yang telah dicabut akar-akarnya alias mati.

Apa yang Anda katakan pada orang lain adalah benih yang kau taburkan di benak orang lain. Bila yang Anda katakan adalah benih unggul maka akan berbuah (karya) unggul bagi kehidupan. Sepanjang buah tersebut bermanfaat bagi yang bersangkutan dan bagi masyarakat, Anda mendapatkan pahala yang terus mengalir; sebaliknya bila yang Anda katakan adalah kata-kata/kalimat kotor maka akan menghasilkan virus-virus yang mematikan. Bila yang Anda katakan ternyata menyesatkan sehingga yang bersangkutan hidupnya sesat alias tidak bisa berbuah (karya) maka Anda akan mendapatkan ”resikonya” sepanjang masa.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Romo Muhib Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger