Di dalam kata “problem” ada suku kata “pro”. Dalam bahasa latin,
“pro” berarti “positif” atau “berpihak”. Jika kita punya masalah, maka
ia sebenarnya positif dan berpihak kepada kita. Ingatlah lagi berbagai
masalah dan persoalan yang berhasil kita selesaikan, pasti selalu
berdampak positif dan makin membesarkan kita.
Apa yang sering
terjadi, adalah sikap otomatis kita yang cenderung menjadikan masalah
atau problem sebagai sesuatu yang “kontra” terhadap diri kita sendiri.
Maka menghadapi masalah, sebenarnya adalah tentang bagaimana
menjadikannya sebagai sekutu yang makin menguatkan kita.
Untuk
bisa menyelesaikan masalah, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah
merubah proses berpikir dan berpersepsi. Sebab, inti setiap masalah
adalah tentang cara berpikir dan cara memandang. Kemudian, cara berpikir
dan cara memandang itulah yang akan membentuk cara kita membangun
perasaan. Artinya, perasaan tidak datang dan diterpakan begitu saja
kepada kita. Ia adalah sesuatu yang kita bangun sendiri. Di sinilah
letaknya, apa yang sesungguhnya menjadi persoalan kita.
Jika kita
bisa merubah proses berpikir dan bercara pandang, dan kemudian kita
bisa membangun perasaan yang lebih berpihak atau “pro” kepada diri
sendiri, maka kita akan menjadi lebih kreatif. Dan kreatifitas, akan
bermuara pada berbagai pilihan. Dan kekayaan pilihan, adalah peluang
untuk berbagai keputusan dan tindakan yang akan menciptakan solusi.
ALBERT EINSTEIN
Fisikawan, Outstanding Problem Solver.
Albert
Einstein pernah mengatakan bahwa jika dia diberi waktu satu jam untuk
menyelesaikan suatu masalah, maka ia akan menggunakan 55 menit untuk
mendefinisikan masalah dan 5 menit untuk menemukan solusi.
Cara
problem solving ala Einstein telah terbukti juga ampuh untuk
menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan pada umumnya. Einstein
mengungkapkan sembilan langkah penting yang perlu ditempuh untuk
menyelesaikan masalah.
1. Rephrase the problem
Ketika
seorang eksekutif di Toyota bertanya kepada para karyawan,
“bagaimanakah caranya menaikkan produktifitas kalian?”, maka respon yang
diperoleh adalah wajah-wajah bengong. Kemudian, eksekutif itu merubah
pertanyaannya menjadi, “bagaimanakah caranya agar pekerjaan kalian
menjadi lebih mudah?” Kita tahu, sisanya adalah sejarah besar Toyota.
Me-rephrase persoalan akan membuat pola berpikir menjadi lebih akurat dan berdayaguna.
2. Expose and challenge assumptions
Setiap
persoalan, selalu dilatarbelakangi oleh setumpuk asumsi. Asumsi-asumsi
itu, bisa jadi tidak akurat atau mengakibatkan bias. Hal pertama yang
perlu dilakukan adalah membuatnya eksplisit, dan kemudian mengujinya
dengan berbagai pertanyaan yang menantang.
“Benarkah bahwa…?”
Menguji asumsi akan membuat pola berpikir menjadi lebih jernih dan terarah.
3. Chunk up
Setiap
persoalan, adalah bagian dari persoalan yang lebih besar. Maka, apa
yang perlu dilakukan adalah menelusuri persoalan ke atas, sehingga bisa
diketahui dengan jelas bagaimana dan seberapa besar pengaruhnya pada
berbagai target yang lebih besar.
“Bagian dari persoalan apakah, persoalan yang satu ini?”
Chunking up akan membuat persoalan menjadi jelas duduk perkaranya.
4. Chunk down
Setiap
persoalan, terdiri dari berbagai persoalan yang lebih kecil. Maka, apa
yang perlu dilakukan adalah menelusuri persoalan ke bawah, sehingga bisa
diketahui dengan jelas detil-detil dari persoalan.
“Persoalan-persoalan apa yang membangun persoalan yang satu ini?”
Chunking
down akan membuat persoalan menjadi lebih spesifik dan pada saat yang
sama akan membuat diri kita bisa merasa lebih besar dari persoalan.
5. Find multiple perspectives
Setiap
persoalan, terkait dengan berbagai sudut pandang berbagai pihak.
Persoalan dan penyelesaiannya, akan berpengaruh terhadap
hubungan-hubungan dengan berbagai pihak ini. Dalam NLP, cara ini erat
hubungannya dengan konsep ekologis.
“Bagaimanakah persoalan ini dari sudut atau dari kacamata…?”
Mengambil
multi persepsi akan membuat persoalan menjadi lebih terfokus dan pada
saat yang sama akan sangat membantu agar berbagai kemungkinan solusi
tidak berdampak menciptakan persoalan baru atau memperberat suatu
persoalan yang lain.
6. Use effective language constructs
Aspek
pilihan bahasa dan kata-kata sangat berpengaruh terhadap bagaimana
suatu persoalan akan ditindaklanjuti dan dikelola. Lebih jauh lagi,
aspek bahasa dan kata-kata sangat berpengaruh pada tinggi rendahnya
tingkat stamina kita dalam menindaklanjuti dan mengelola persoalan.
“Besar atau hanya sering?“
7. Make it engaging
Buatlah
persoalan menjadi menarik, karena kita akan menghabiskan sejumlah
energi dan waktu dalam menghadapi persoalan. Jika persoalan menarik,
maka energi dan waktu yang digunakan akan tergantikan dengan efisien dan
menguatkan.
“Persoalan, atau tantangan?”
8. Reverse the problem
Salah satu trik untuk keluar dari persoalan dengan segera, adalah dengan menjungkirbalikkan persoalan.
Jika
kita ingin menang, cari tahu apa yang akan membuat kita kalah. Jika
kita ingin besar, temukan apa yang membuat kita kecil. Jika kita ingin
berhasil, selidiki apa yang akan membuat kita gagal.
9. Kumpulkan fakta-fakta
Persoalan
harus jelas dan detil. Jangan sampai, sesuatu yang bukan persoalan
malah kita anggap persoalan, atau suatu persoalan muncul dengan kabur
dan samar-samar.
0 komentar:
Posting Komentar